Kegiatan simposium ini dilaksanakan selama 5(lima) hari, Senin-Jum’at tanggal 9-13Juli 2012 bertempat di Cairns Convention Centre dan The Sebel Hotel Cairns, Queensland, Australia. International Coral Reef Symposium (ICRS) merupakan pertemuan besar dunia tentang sains terumbu karang yang dilaksanakan setiap 4 tahun. Organisasi yang mendukung adalah International Society for Reef Studies. Pertemuan empat tahunan ICRS ini memberikan kesempatan yang baik dan langka untuk berbagi temuan penelitian dengan para ilmuwan, lembaga pemerintahan, manajer sumberdaya, dan organisasi non-pemerintah di seluruh dunia. ICRS sebelumnya telah dilaksanakan di Fort Lauderdale, USA (2008), Okinawa, Japan (2004), Bali, Indonesia (2000), Panama City, Panama (1996), Mangilao, Guam (1992), Townsville, Australia (1988), Tahiti, French Polynesia (1985), Manila, Philippines (1981), Miami, USA (1977), MV Marco Polo, Australia (1974), dan Mandapam Camp, India (1969).
ICRS 2012 Cairns menyajikan presentasi dan diskusi beragam aspek terumbukarang, mulai dari kologi, biologi, fisiologi, restorasi, perikanan, teknologi, biofisik, paleontologi, perubahan iklim, taxonomi, sosial-ekonomi, CTI, serta manajemen dan monitoring. Sekitar 2.000 delegasi dari 80 negara hadir dalam ICRS 2012 di Cairns, Australia. Mereka terdiri dari berbagai latar belakang, seperti ilmuwan, peneliti, dosen, mahasiswa, pemerintah, LSM, dan International Organization.
Mengingat bahwa karang dan masyarakat yang bergantung padanya saat ini menghadapi banyak tantangan, pertemuan ini diharapkan akan membantu meningkatkan kesadaran tentang bagaimana terumbu dapat dikelola dengan lebih baik untuk memastikan bahwa mereka tetap prima di masa depan.
Pada sesi mini symposia delegasi dari Indonesia perwakilan Kementerian Kelautan dan Perikanan, Ditjen KP3K, Dit KKJI disampaikan oleh Suraji yang menjabat sebagai Kepala Seksi Perlindungan dan Pelestarian Kawasan. Suraji mempresentasikan mengenai paradigma pengelolaan kawasan konservasi di Indonesia, dalam paparannya Suraji menjelaskan bahwa Konservasi sumberdaya ikan merupakan rangkaian yang tidak bisa dipisahkan dari upaya perlindungan, pelestarian, dan pemanfaatan sumberdaya ikan. Termasuk di dalamnya adalah pengelolaan kawasan konservasi perairan, jenis ikan, dan genetik ikan untuk menjamin ketersediaan dan keberlanjutannya. Selain itu Suraji menginformasikan pencapaian luasan kawasan konservasi di Indonesia telah melebihi target Renstra 2010-2014 seluas 15,5 juta tahun 2014, yaitu hingga bulan Juli 2012 telah mencapai 15,7 juta hektar. Target selanjutnya adalah mengelola secara efektif kawasan konservasi yang telah ada, serta mencapai luasan 20 juta hektar kawasan konservasi perairan pada tahun 2020. Kemudian dalam rangka mengevaluasi pengelolaan efektif kawasan konservasi, Suraji menjelaskan kementerian kelautan dan perikanan sedang mengembangkan metode evaluasi efektivitas kawasan konservasi perairan, pesisir dan pulau-pulau kecil (E-KKP3K). Evaluasi efektivitas tersebut secara ringkas memuat tingkat keefektifan pengelolaan dari berbagai aspek, meliputi: tahapan pengelolaan, aspek ekologis, aspek sosial ekonomi dan budaya, dan aspek penatakelolaan kawasan konservasi perairan.
Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut
Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut
Kementerian Kelautan dan Perikanan
________________________________________________________________
Gedung Mina Bahari III, Lantai 10
Jl. Medan Merdeka Timur, Nomor 16
Jakarta 10110, Kotak Pos 4130
Telepon : (021) 3522045, Ext. 6104,
Faksimile : (021) 3522045
Email : info.kkji@gmail.com